Berfoto dari samping hotel. |
“Kita menginap di luar UB. Soalnya UB
Guest dan Griya UB sudah penuh.” Pak Budi memberi penjelasan ketika kami sudah
sampai di Malang.
Saya
terdiam menatap keadaan kanan-kiri. Kota berhawa dingin ini penuh dengan
kesibukan, penuh kendaraan, dan sebentar lagi penuh perjuangan!
“Tapi,
tenang. Kita nginep di hotel bintang 2. Fasilitasnya spesial.”
Bintang
2? Ah, sulit rasanya membedakan hotel berbintang. Bukan apa-apa, saya belum
pernah menginap di hotel yang menyatakan berbintang. Dulu, sewaktu di SMP
ketika hendak ke Yogyakarta menginap di hotsel atau motel. Dan, ketika SMA
berkunjung ke Bali baru menikmati suasana hotel dengan AC dingin, shower, kolam
renang, kasur yang empuk, dan sederet fasilitas menarik lainnya. Walaupun,
begitu lainnya hanya berkisar dua tingkat. Apakah itu yang dinamakan hotel
bintang 2?
Lalu,
pengalaman ketika kuliah dan berangkat ke Yogyakarta, saya menginap di hotel
yang tak jauh dari Malioboro. Soal fasilitas ya hampir saya dengan ketika di
Bali. Bedanya kolam renang tidak ada. Pun, tingkatnya tiga bukan dua. Apakah
itu yang dinamakan hotel bintang 3?
Kebingungan
yang menjalar dalam pikiran saya itu, dirasakan Pak Budi dan Mas Supir. Tentu,
kebingungannya berbeda. Saya dengan pikiran saya. Mereka dengan rute menuju
hotel. Beruntung, setelah beberapa kali mengitari daerah Soekarno-Hatta hotel
tempat kami menginap ditemukan.
Namanya
Everyday Smarth Hotel. Dari nama saja, sudah keren ya? Bangunan fisiknya juga
tidak kalah keren. Pintu parkir mobil itu begitu otomatis ketika kami sampai
dan di lantai pertama kami dijelaskan bahwa kami akan menginap di lantai 7.
Mobil pun terparkir di basement 1. Perlu diketahui, terdapat dua basement untuk
parkir. Yakni, basement 1 dan basement 2.
Tiba
di basement 1, saya kembali tercenang. Pintu masuk hotel otomatis dengan
menggunakan kartu. Pun, setelah itu kami langsung masuk dalam lift. Lift yang
penuh sesak itu membawa kami menuju lantai 7. Dan, sedikit informasi hotel ini
memiliki lantai 18.
Tentu,
kenorakan lain segera menyangkiti sesampainya di kamar hotel. Bagaimana tidak, dari
kamat hotel kami bisa melihat keindahan panorama UB lengkap dengan gedung
pencakar langitnya. Huuuah. Sesi berfoto pun digunakan.
Potret UB dari tempat kami menginap. |
Nomor kamar hotel. |
Soal
fasilitas?
Kamar Mandi |
Kamar Tidur dilengkapi pendingin dan televisi |
Hotel
bintang dua ini boleh juga. Bahkan recomended
nian! Kamar mandi menggunakan shower, air panas-dingin, minuman mineral
disediakan dua gelas. Pun, jaringan telepon antar kamar juga tersedia. Akibat
hal tersebut, saya segera menelpon customer
service untuk menanyakan pasword wifi. Hiiihi. Padahal ya, di selebaran
yang kami beri sudah ada petunjuk. Ketahuan banget ya tidak membaca informasi
yang disediakan?
Wifi
segera tersambung. Saya langsung membaca cerpen Langit Senja karya Arum.
Mahasiswa Universitas Jember yang pernah menjadi juara 2 Penulisan Cerpen di
Pekan Seni Mahasiswa Nasional itu sungguh piawai dalam meracik kata-kata. Maka,
benar saja ia mendapatkan prestasi segemilang itu.
Dibandingkan
dengan saya yang masih belum apa-apa?
Huaah.
Rasanya masih perlu banyak belajar.
Selepas
itu. Laptop saya matikan. Dan, istirahat.
Malam
harinya, kami memilih berjalan kaki mencari makan. Pun, Pak Budi menyuruh kami
yang memilih. Tentu, jalan kakinya di daerah Soekarno-Hatta. Kan tidak mungkin
terlalu jauh, bisa-bisa tenaga hilang? Hiihi.
Awalnya
kami ingin makan mie setan atau mie iblis. Sayangnya, di resto tersebut penuh
sesak pelanggan yang mengantri. Bahkan, meluber keluar. Ya, terpaksa kami
memilih melanjutkan jalan kaki.
Mas
Ibnu menjadi pemandu makan. Dalam hati, saya ingin makan nasi goreng. Dan,
ternyata hal tersebut benar-benar berlaku. Sayangnya, nasi goreng yang kami
pilih sungguh-sungguh menyiksa. Bagaimana tidak, nasi goren tersebut lebih
cocok dimakan dua atua tiga orang. Saya dan yang lainnya cukup tersiksa memakan
nasi goreng spesial seharga tiga belas ribu itu. Maaf untuk informasi PKL-nya
lupa kami potret hihihi. Jadi, yang mau ke Malang. Bisa cari di wilayah
Soekarno-Hatta saja! Ok?
Nah,
lepas itu. kami kembali ke hotel. Istirahat sejenak. Lalu, Mas Ibnu mengajak
menemui teman-teman UKM Kesenian. Tentu, saya ikutan, sambil ngopi santai
bersama mereka. Kami baru kembali ke hotel sekitar jam 11 malam. Dan, lepas itu
tidur.
Saatnya istirahat. |
Esoknya
jam tujuh, kami sarapan di hotel. Tepatnya di lantai lima. Dan, hampir jam
setengah delapan kami langsung ke gedung samanta krida. Lomba menulis
dilaksanakan jam 10:30-14:30. Bagaimana dengan keseruannya? Insya Allah dibahas
pada bahasan lain. Kali ini kita fokus pada sensasi menginap di hotel ya!
Bercanda di loby lantai 7 tempat kami menginap. |
Nah,
usai lomba. Aku dan Mas Ibnu kembali ke hotel dengan berjalan kaki. Sesampainya
di hotel. Ternyata kamar kami sudah rapi. Rapi sekali. Handuk yang basah
diganti, begitu pun karpetnya.
Di depan loby lantai 7, di mana CS sedang sibuk bekerja. |
Sensasi Bermalam di Everyday Smarth Hotel
Reviewed by Dunia Trisno
on
12:08:00 PM
Rating:
No comments:
Post a Comment